19 Desember 2011

Indahnya Ketidaktahuan

Ada sebuah kisah menarik tentang seorang mahasiswa baru di Universitas California , Berkeley, Amerika Serikat, yang datang terlambat ke kelas Prof. Neyman. Prof Jerzy Neyman (16 April 1894 – 5 Agustus 1981) adalah salah seorang guru besar matematika tingkat dunia.

Ketika mahasiswa terlambat itu sampai di ruang kelas tempat Prof. mengajar ternyata tidak ada seorangpun disana, dan di papan tulis terdapat dua soal matematika. Asumsi dari mahasiswa yang terlambat otomatis menganggap bahwa 2 tugas itu adalah tugas untuk dikerjakan di rumah. Sesampainya di rumah , ia mencoba menyelesaikan kedua soal sulit tersebut. Ternyata diperlukan waktu beberapa hari untuk menyelesaikannya. 

Keesokan harinya ia menyerahkan hasil pekerjaannya kepada Prof. Neyman dan meminta maaf atas keterlambatan penyerahan tugas tersebut karena kedua soal tersebut terasa sangat sulit dibandingkan dengan soal-soal yang biasa diberikan. Dengan sedikit rasa takut Ia bertanya kepada Prof. Neyman. apakah ia masih mau menerima pekerjaan rumah tersebut. Prof Neyman tidak begitu menanggapi dan menyuruh mahasiswa tersebut meletakan diatas meja kerjanya. Mahasiswa tersebut begitu risih karena diatas meja kerja Prof. banyak sekali kertas dan buku yang berserakan, bisa jadi pekerjaan rumah tersebut akan hilang terselip diantara kertas dan buku.

Satu setengah bulan berlalu, pada pagi hari yang cerah, sang mahasiswa ini terbangun dari tidurnya karena dikejutkan oleh suara kedoran pintu. Ternyata yang datang adalah Prof. Neyman. Dengan wajah penuh semnagat dia berkata “Saya akan mempubikasikan karyamu dalam pertemuan ilmiah Matematikawan Dunia” sambil terkejut mahasiswa itu bertanya “Ada apakah gerangan Prof?” Prof. menjawab “Tahukah kamu bahwa 2 soal yang kamu selesaikan itu adalah 2 soal statistika yang terkenal sulit dan belum pernah terpecahkan oleh seluruh matematikawan di dunia selama puluhan tahun” 

Ternyata mahasiswa ini berhasil memecahkan dua soal statistika tersulit di dunia karena salah menyakanya  sebagai soal untuk pekerjaan rumah, padahal prof menuliskannya di papan tulis hanya sebagai 'oleh-oleh' untuk mahasiswanya. Dan tahukah anda bahwa, mahasiswa ini akhirnya menjadi matematikawan terkemuka dunia, ia bernama George Dantzig (8 November 1914 -  13 Mei 2005) 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Moral of the story

Banyak matematikawan tidak bisa menyelesaikan kedua soal statistik tersebut karena sudah dibebani oleh "2 soal statistika yang terkenal sulit dan belum pernah terpecahkan oleh seluruh matematikawan di dunia selama puluhan tahun" sehingga mreka sudah menganggapnya berat sebelum berjuang. Ditambah dengan rasa rendah diri dibandingkan "matematikawan dunia" yang sudah puluhan berusaha memecahkannya. Akibatnya, soal tersebut menjadi legenda bertahun-tahun sebagai soal yang tidak terpecahkan.

Bagaimana mungkin seorang mahasiswa, yang jauh kapasitasnya dibandingkan para matematikawan kelas dunia, bisa menyelesaikan soal legendaris tersebut hanya dalam beberapa hari?

Yang pertama karena mahasiswa tersebut ga tau tentang "2 soal statistika yang terkenal sulit dan belum pernah terpecahkan oleh seluruh matematikawan di dunia selama puluhan tahun" sehingga dia tidak mengenal beban  tersebut.

Kedua, dia terpacu menyelesaikan karena rasa 'bersalah' akibat terlambat mengikuti kuliah, dan berharap tugas ini bisa memperbaiki reputasinya di mata prof.


Jadi, pernahkah kita mendengar komentar, "kamu ga akan bisa"... ??
Bahkan biasanya yang lebih lengkapnya, "Kamu ga akan bisa, wong sy aja ga bisa".. ??
Hal tersebut menciptakan batasan mental yang menghalangi kita mengeluarkan kemampuan secara optimal.
Padahal yang diperlukan ga perlu banyak mikir, maju perut pantat mundur ajaa... ^_^
(by: prie tea go blog, dari berbagai sumber)

05 Desember 2011

Masa Depan Selalu Gelap, Karena itu Berbaik Sangkalah

Di masa ‘Abbasiyah akhir, negeri negeri Muslim tersekat oleh berbagai kesultanan yang berkuasa sendiri – sendiri. Yang duduk bertahta di Baghdad dan mereka sebut “Amirul Mukminin” memang masih ada. Tetapi dia tidak lebih dari pemuda manja yang diperlakukan bagai boneka oleh para sultan yang berebut pengaruh.

Kisah ini adalah sebuah sejarah kecil pada era itu. Ini kisah seorang ayah dan anak. Sang ayah bekas budak. Selama menjadi budak, libur Jum’at sebagaimana ditetapkan kesultanan dimanfaatkannya untuk habis – habisan bekerja. Dengan dirham demi dirham yang terkumpul, satu hari dia minta izin untuk menebus dirinya pada sang majikan.
“Tuan,” ujarnya, “Apakah dengan membayar harga senilai dengan berapa engkau membeliku dulu, aku akan bebas?”
“Hmm… ya, bisa.”
“Baik, ini dia,” katanya sambil meletakkan bungkusan uang itu di hadapan tuannya. “Allah ‘Azza wa Jalla telah membeliku dari Anda, lalu Dia membebaskanku. Alhamdulillah.”
“Maka engkau bebas karena Allah,” ujar sang tuan tertakjub. Dia bangkit dari duduknya dan memeluk sang budak. Dia hanya mengambil separuh harga yang tadi disebutkan. Separuh lagi diserahkannya kembali. “Gunakanlah ini,” katanya berpesan, “Untuk memuai kehidupan barumu sebagai orang yang merdeka. Aku berbahagia menjadi sebagian  Tangan Allah  yang membebaskanmu!”

Penuh syukur dan haru, tapi juga disergap khawatir, dia pamit. “Aku tidak tahu wahai tuanku yang baik,” ucapnya dengan mata berkaca – kaca, “ Apakah kebebasan ini rahmat ataukah musibah. Aku hanya berbaik sangka kepada Allah.”

Tahun demi tahun berlalu. Dia telah menikah. Tetapi sang istri meninggal ketika menyelesaikan tugasnya, menyempurnakan susuan sang putra hingga usia dua tahun. Maka dibesarkan putra semata wayangnya dengan penuh kasih. Dididiknya anak lelaki itu  untuk memahami agama dan menjalankan sunnah Nabi, juga untuk bersikap ksatria dan berjiwa merdeka.

“Anakku,” katanya di suatu pagi, “Ayahmu ini dulu seorang budak. Ayahmu ini separuh manusia di mata agama dan sesama. Tapi selalu kujaga kehormatan dan kesucianku, maka Allah memuliakanku dengan membebaskanku. Dan jadilah kita orang merdeka. Ketahuilah Nak, orang bebas yang paling merdeka adalah dia yang bisa memilih caranya untuk mati dan menghadap Illahi!”

“Ketahuilah,” lanjutnya, “Seorang yang syahid di jalan Allah itu hakikatnya tak pernah mati. Saat terbunuh, dia akan disambut oleh tujuh puluh bidadari. Ruhnya menanti kiamat dengan terbang kesana kemari dalam tubuh burung hijau di taman surge, dan diizinkan baginya member syafa’at bagi keluarganya. Mari kita rebut kehormatan itu, Nak, dengan berjihad lalu syahid di jalanNya!”

Sang anak mengangguk – angguk.
Sang ayah mengeluarkan sebuah kantung berpelisir emas. Dinar – dinar di dalamnya bergemerincing. “Mari mempersiapkan diri”, bisiknya. “Mari kita beli yang terbagus dengan harta ini untuk dipersembahkan dalam jihad di jalanNya. Mari kita belanjakan uang ini untuk mengantar kita pada kesyahidan dengan sebaik – baik tunggangan.”

Siangnya, mereka pulang dari pasar dengan menuntun seekor kuda perang berwarna hitam. Kuda itu gagah. Surainya mekar menjumbai. Tampangnya mengagumkan. Matanya berkilat. Giginya rapid an tajam. Kakinya mekar dan kukuh. Ringkiknya pasti membuat kuda musuh bergidik.
Semua tetangga datang untuk mengaguminya. Mereka menyentuhnya, mengelus surainya. “Kuda yang hebat!” kata mereka. Kami belum pernah melihat kuda seindah ini. Luar biasa! Mantap sekali! Berapa yang kalian habiskan untuk membeli kuda ini?”

Anak beranak itu tersenyum simpul. “Yah, itu simpanan yang dikumpulkan seumur hidup.”
Para tetangga ternganga mendengar jumlahnya. “Wah”, seru mereka, “Kalian masih waras atau sudah gila? Uang sebanyak itu dihabiskan untuk membeli kuda? Padahal rumah kalian reot nyaris roboh. Untuk makan besok pun belum tentu ada!” Kekaguman mereka di awal tadi berubah menjadi cemo’oh. “Tolol!” kata salah satu. “Tak tahu diri!” ujar yang lain. “Pandir!”

“Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Tapi kami berprasangka baik kepada Allah,” ujar mereka.

Para tetangga pulang. Ayah dan anak itu pun merawat kudanya dengan penuh cinta. Makanan si kuda dijamin kelengkapannya; rumput segar, jerami kering, biji – bijian, dedak, air segar, kadang bahkan ditambah madu. Si kuda dilatih keras, tapi tak dibiarkan lelah tanpa mendapat hadiah. Kini mereka tak hanya berdua, melainkan bertiga. Bersama – sama menanti panggilan Allah di medan jihad untuk menjemput takdir terindah.

Sepekan berlalu. Di sebuah pagi buta ketika si ayah melongok ke kandang, dia tak melihat apapun. Kosong. Palang pintunya patah. Beberapa jeruji kayu terkoyak remuk.
“Kuda itu hilang!”

Berduyun – duyun para tetangga datang untuk mengucapkan bela sungkawa. Mereka bersimpati pada cita tinggi kedua anak ayah itu. Tapi mereka juga menganggap keduanya kelewatan. “Ah, sayang sekali!” katan mereka, “Padahal itu kuda terindah yang pernah kami lihat. Kalian memang tidak beruntung. Kuda itu hanya hadir sejenak untuk memuaskan ambisi kalian, lalu Allah membebaskannya dan mengandaskan cita – cita kalian!”

Sang ayah tersenyum sambil mengelus kepala anaknya. “Kami tak tahu,” ucap keduanya serempak, “Ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.”

Mereka pasrah. Mereka mencoba untuk menghitung – hitung uang dan mengira – ngira, kapan bisa membeli kuda lagi. “Nak”, sang ayah menatap mata putranya, “Dengan atau tanpa kuda, jika panggilan Allah datang, kita harus menyambutnya.” Si Anak mengangguk mantap. Mereka kembali bekerja tekun seakan tak terjadi apapun.

Tiga hari kemudian, saat subuh menjelang, kandang kuda mereka gaduh dan riuh. Suara ringkikan bersahut – sahutan. Terkejut dan jaga, ayah dan anak itu berlari ke kandang sambil membenahi pakaiannya. Di kandang itu mereka temukan kuda hitam yang gagah bersurai indah. Tak salah lagi, itu kuda mereka yang pergi tanpa pamit tiga hari yang lalu!

Tapi kuda itu tak sendiri. Ada belasan kuda lain bersamanya. Kuda – kuda liar! Itu pasti kawan – kawannya. Mereka datang dari stepa luas untuk bergabung di kandang si hitam. Mungkinkah kuda punya akal jernih? Mungkinkah si hitam yang merasa mendapatkan layanan terbaik di kandang seorang bekas budak mengajak kawan – kawannya bergabung? Atau tahukah mereka bahwa mendatangi kandang itu berarti bersiap bertaruh nyawa untuk kemuliaan agama Allah, kelak jika panggilanNya berkumandang? Atau memang itu yang mereka inginkan?

“Bertasbih kepada Allah, segala yang di langit dan di  bumi. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S Ash Shaff [61]: 1)

Ketika hari terang, para tetangga datang dengan takjub. “Luar biasa!” kata mereka. “Kuda itu pergi untuk memanggil kawan – kawannya dan kini kembali membawa mereka menggabungkan diri!” Mereka semua mengucapkan selamat pada pemiliknya.

“Wah, kalian sekarang kaya raya! Kalian orang terkaya di kampung ini!” Tapi si pemilik hanya tersenyum.

“Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.”

Hari berikutnya dengan bahagia, sang putra mencoba menaiki salah seekor kuda itu. Sukacita dia memacunya ke segala penjuru. Satu saat, kuda liar itu terkejut ketika berpapasan dengan seekor lembu yang lepas dari kandang di persimpangan. Dia meronta keras, dan sang penunggang terbanting. Kakinya patah. Dia meringis kesakitan.

Para tetangga datang menjenguk. Mereka menatap anak itu dengan pandangan penuh iba. “Kami turut prihatin,” kata mereka. “Ternyata kuda itu tidak membawa berkah. Mereka dating membawa musibah. Alangkah lebih beruntung yang tak memiliki kuda, namun anaknya sehat sentausa!”
Tuan rumah tersenyum lagi. “Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.”

Hari berikutnya, hulubalang raja berkeliling negeri. Dia mengumumkan pengerahan pasukan untuk menghadapi tentara musuh yang telah menyerang perbatasan. Semua pemuda yang sehat jasmani dan rohani wajib bergabung untuk mempertahankan negeri. Sayang, perang ini sulit dikatakan sebagai jihad di jalan Allah karena musuh yang hendak dihadapi adalah sesama Muslim. Mereka hanya berbeda kesultanan.

“Nak,” bisik sang aah ke telinga sang putra yang terbaring tak berdaya, “Semoga Allah menjaga ita dari menumpahkan darah sesama Muslim. Allah Maha Tahu, kita ingin berjihad di jalanNya. Kita sama sekali tak hendak beradu senjata dengan orang – orang beriman. Semoga Allah membebaskan diri kita dari beban itu!” Mereka berpelukan.

Petugas pendaftaran mendatangi tiap rumah dan membawa para pemuda yang memenuhi syarat. Saat memasuki rumah sang ayah dan anak pemilik kuda, mereka mendapati putranya terbaring di tempat tidur dengan kaki terbebat, disangga kayu dan dibalut kain.

“Ada apa dengannya?”
“Tuan prajurit,” kata sang ayah, “Anak saya ini begitu ingin membela negeri dan dia telah berlatih untuk itu. Tetapi kemarin dia jatuh dari kuda ketika sedang mencoba menjinakkan kuda liar kami. Kakinya patah.”
“Ah, sayang sekali!” kata sang Hulubalang. “Padahal kulihat dia begitu gagah. Dia pasti akan menjadi seorang prajurit tangguh. Tapi baiklah. Dia tak memenuhi syarat. Maafkan aku, aku tak bisa mengikutsertakannya!”

Dan hari itu, para tetangga yang ditinggal pergi putra – putranya menjadi prajurit mendatangi si pemilik kuda. “Ah, nasib!” kata mereka. “Kami kehilangan anak – anak lelaki kami, tumpuan harapan keluarga. Kami melepas mereka tanpa tahu apakah mereka akan kembali atau tidak. Sementara putramu tetap bisa di rumah karena patah kakinya. Kalian begitu beruntung! Allah menyayangi kalian!”

Tuan rumah ikut bersedih melihat mendung di wajah – wajah itu. Kali ini ayah dan anak itu tersenyum. Tapi ucapan mereka kembali bergema, “Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.”

Sebulan kemudian, kota itu dipenuhi ratapan para ibu dan isak tangis para istri. Sementara para lelaki hanya termangu dan tergugu. Kabarnya telah jelas. Semua pemuda yang diberangkatkan perang tewas di medan tempur. Tapi agaknya para warga telah belajar banyak dari ayah beranak pemilik kuda. Seluruh penduduk kota kini menggumamkan kalimat indah itu. “Kami tak tahu ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.”

Singkat kisah, tak berapa lama kemudian panggilan jihad yang sebenarnya bergema. Pasukan Mongol dipimpin Hulagu Khan menyerbu wilayah Islam dan membumihanguskannya hingga rata dengan tanah. Orang – orang tak berperikemanusiaan itu mengalir bagai air bah meluluhlantakkan peradaban. Ayah dan anak itu pun menyongsong janjinya. Mereka bergegas menyambut panggilan denga kalimat agungnya, “Kami tak tahu ini rahmata atau musibah. Kami hanya berprasangaka baik kepada Allah!”

Mereka memang menemui syahid. Tapi sebelum itu, ada selaksa nikmat yang Allah karuniakan kepada mereka untuk dirasai. Sang anak pernah tertangkap pasukan Mongol dan dijual sebagai budak. Dia berpindah – pindah tangan hingga kepemilikannya jatuh pada Al Kamil, seorang sultan Ayyubiyah di Kairo. Ketika pemerintahan Mamluk menggantikan wangsa Ayyubiyah di Mesir, karienya menanjak cepat dari komandan kecil menjadi panglima pasukan, lalu Amir wilayah. Terakhir setelah wafatnya Az Zahir Ruknuddin Baibars, dia diangkat menjadi Sultan. Namanya Al Manshur Saifuddin Qalawun.

Inilah sekelumit kisah tentangnya. Qalawun yang berani berprasangka baik dalam segala keterhijaban. Qalawun yang berani berkata, “Kami tak tahu ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah!” Seperti kisahnya, dalam dekapan ukhuwah, ada berjuta kebaikan mengiringi prasangka baik padaNya. Dia setia bersama kita dan melimpahkan kebaikan, karena kita mengingatNya juga dengan sangkaan kebaikan.

Disadur dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah", Salim A. Fillah, Pro-U-Media.
Baca kisah-kisah menakjubkan lainnya di bukunya langsung ya.. ^_^ 

Catatan tambahan:
Qawalun adalah salah satu anglima perang Sultan Baibars ketika mematahkan serbuan bangsa Mongol ke Palestina dalam peperangan Ain Jalut pada tanggal 3 September 1260. Kemenangan ini merupakan “balasan” terhadap bangsa Mongol yang sebelumnya menghancurkan Baghdad sebagai pusat kilafah Islam.

Perang ini merupakan peristiwa besar dalam sejarah Islam dan merupakan kemenangan pertama yang berhasil dicapai oleh kaum muslimin terhadap orang-orang Mongolia. Mereka berhasil menghancurkan mitos yang mengatakan bahwa tentara Mongol tidak pernah terkalahkan. Setelah kemenangan ini, nilai tambah terhadap Dinasti Mamluk adalah bersatunya kembali Mesir dan Syam di bawah naungan Sultan Mamluk setelah mengalami perpecahan pada masa sultan-sultan keturunan Salahuddin Al-Ayyubi. (Prie Tea Go Blog)

13 Oktober 2011

Hukuman Langit

Dalam hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda :

"Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah swt dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya.

Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka.

Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi dan kedurjanaan penguasa.

Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat melainkan mereka akam mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan.

Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji) melainkan akan Allah swt utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki.

Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an) melainkan akan Allah swt jadikan permusuhan antar mereka."

12 Oktober 2011

Doa Terhindar dari Lilitan Hutang


Abu Umamah, salah satu sahabat Rasulullah SAW, terlilit utang yang tidak bisa diselesaikannya sehingga dia pun berhari-hari lamanya hanya duduk di masjid, padahal di luar waktu shalat. Ketika Rasulullah datang dan menanyakan kenapa dia melakukan itu, dia menjawab bahwa kedukaan dan utangnya sungguh membuatnya nestapa. Rasulullah SAW pun kemudian mengajarkan doa di bawah ini yang dapat membantu menjauhkan diri kita dari kedukaan dan jeratan hutang.

Bacaan Doa Mohon Terhindar Dari Lilitan Utang


“Allaahumma innii a’uuzubika minal hammi wal hazani wa a’uuzubika minal ‘ajzi wal kasali wa a’uuzubika minal jubni wal bukhli, wa a’uuzubika min galabatid daini wa qahrir rijaal.”

Arti Doa Mohon Terhindar Dari Lilitan Utang
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kedukaan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan rasa malas. Aku berlindung kepada-Mu dari rasa takut (pengecut) dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan cengkeraman orang-orang yang berkuasa. (H.R. Abu Daud)”

23 September 2011

Stock Investing Tips

Minggu kemaren maen ke MNC Sekuritas di Bandung yg baru di buka. Dulu namanya Bhakti Sekuritas, yaa tul dari grupnya Bhakti Investama. Di CIMB-Niaga building lantai 9, Jl Gatot Subroto no 2, dulu namanya gedung Lippo.

Bahasanya sih maen, tapi sebetulnya ada tumpengan hehe...
Tumpeng kan ada lauk pauknya tu di bagian bawah, uenak eh... tapi mo nambah, ga sampe ati.. T_T
Tapi tenaaang, dah dapet sumbernya kalo mo pesen... hehe, tindakan pengamanan... ^_^

Oyaa, yg mo diceritain bukan itu...
Di dinding kantornya ada Investing Tips dari Bosnya BHIT...
Mungkin aja berguna.. ^_^

Investing Tips:
  1. Only use money you can afford
  2. Do not over commit
  3. Isolate trading from desire for profit
  4. Do not follow the crowd
  5. Stand aside when you are not sure
  6. Do not too many stock once
  7. Do not your entire position on at one price
  8. Cut your losses short
  9. Let profit runs
  10. Avoid picking top & bottom
  11. Buy bullish news sell the fact
  12. Do not be a nickel & dimmer
From: Hary Tanoesoedibjo

12 Agustus 2011

Gadai Emas


Gadai emas merupakan cara yg paling 'enak' untuk mencairkan emas kita. Maksudnya 'enak' adalah uangnya bisa didapet tapi emasnya bisa kita miliki kembali. Kalo emasnya LM sih mungkin ga ada bedanya kalo dijual trus beli lagi dengan gram yang sama. Tapi kalo emasnya berupa perhiasan yg kita senang dengan motifnya gimana? Jual sekarang belum tentu dapet lagi yg motifnya sama.

Ada 5 hal yg membedakan satu tempat gadai dengan tempat gadai lainnya. Sebaiknya kita mencermati kelimanya tersebut karena akan membedakan strategi kita nantinya
  1. Nilai taksiran
  2. Pinjaman maksimum
  3. Biaya titip
  4. Biaya administrasi
  5. Kemudahan-kemudahan


Nilai taksiran

Nilai taksiran ditentukan dari berat emas dan harga acuan LM
Permasalahannya setiap tempat gadai punya harga acuan LM masing2
misalkan saja di satu tempat acuan harga LMnya 350rb pergram, di tempat lain pada hari yg sama bisa 348rb pergram
Ini nantinya akan membedakan barang kita dinilai brapa oleh tempat gadai

Pinjaman maksimum

Pinjaman maksimum berupa persentase dari nilai taksiran emasnya
Persentase ini berbeda antara tempat gadai yang satu dengan tempat gadai yg lain, ada tempat gadai yang berani memberi pinjaman LM sampe 93%, tapi ada yang hanya 90%, sedangkan untuk perhiasan lebih bervariasi, rata2 83%
Ini nantinya membedakan berapa dana yang bisa dicairkan dari emas kita
Apakah boleh kita mencairkan dananya ga semuanya? Boleh-boleh saja.



Biaya titip

Biaya titip merupakan pembayaran bagi tempat gadai, dan nilainya berbeda-beda antara tempat gadai yg satu dengan tempat gadai yg lain
Ada 2 komponen yang harus dicermati dari biaya titip ini
  • Besarnya
  • Jangka waktunya
  • Kapan harus bayar
Besarnya biaya titip juga bervariasi cara perhitungannya, secara umum ada 2 cara pehitungan
  • Berdasarkan dana yang dipinjam
  • Berdasarkan barang yang dititipkan
Kalau berdasarkan dana yang dipinjam, berarti jumlah pinjaman yang berbeda membuat kita membayar biaya titip dengan nilai yang bebeda juga. Biasanya berupa sekian % dari pinjaman.


Kalau berdasarkan barang yang dititipkan, brarti mau pinjam dana berapapun selama barangnya sama akan memberikan biaya titip yang sama juga. Biasanya berupa rupiah pergram

Sedangkan untuk jangka waktunya, bermacam-macam juga. Misalkan aja antara pegadaian dengan pegadaian syariah, di pegadaian jangka waktunya per 15 hari, tapi pegadai syariah per 10 hari. Tetapi kalo dihitung secara bulanan, sama nilainya. Jadi kalo di pegadaian biaya titip bulanannya dibagi 2, kalo di pegadaian syariah biaya titip bulanannya dibagi 3. (cat: ada tempat lain yang hitungannya perbulan)

Jadi kalo kita pinjem selama 12 hari akan beda hitungannya antara pegadaian dengan pegadaian syariah. Kalo di pegadaian kita cuma bayar 1 kali biaya titip, sedangkan kalo di pegadaian syariah kita bayar 2 kali biaya titip. Akibatnya kita bayar lebih mahal di pegadaian syariah.
Tetapi kalo pinjemnya ga sampe 10 hari, maka pinjem di pegadaian syariah akan lebih murah daripada di pegadaian.
Gampangnya, anggaplah sperti pulsa telp yang hitungannya perdetik vs permenit ....


Kapan bayarnya pun berbeda-beda. Ada yang bayar biaya titipnya nanti di akhir masa pinjaman, ada yang bayarnya di depan alias nilai pinjamannya dipotong biaya titip dulu.

Variasi biaya titip ini akan membuat berapa lama dan berapa besar dana yang kita pinjam menentukan berapa besar yang harus kita bayar.

Biaya administrasi

Biaya administrasi pun berbeda2 cara itungnya, ada 2 cara perhitungannya
  • Flat
  • Berdasarkan nilai pinjaman
Kalau Flat berarti biaya administrasinya sama walau berapapun dana yang dipinjam.
Sedangkan kalau berdasarkan nilai pinjaman berarti kalau dananya lebih kecil, atau sudah ditebus sebagaian maka bayarnya pun lebih sedikit. Ada 2 cara pehitungannya:
  • Berupa persentase dari pinjaman
  • Berdasarkan range pinjaman
Kalau berdasarkan range pinjaman maka ada plafon-plafon pinjaman, pinjaman sampai dengan sekian Rp maka biaya administrasinya sekian, sampai dengan sekian juta berbeda lagi nilainya.

Sedangkan setelah dicicil, biaya administrasi ini juga bervariasi. Ada yang tetap, ada yang berkurang.

Seperti halnya biaya titip, variasi biaya administrasi juga mengakibatkan biaya yang harus kita tanggung berbeda-beda.


Kemudahan-kemudahan

Ada tempat gadai yang harus buka rekening dulu di bank tersebut ada juga yang tidak. Kalau harus buka rekening jadinya lama urus administrasi pertamanya.
Ada juga yang dananya harus masuk dulu ke rekeningnya baru di debet ada yang langsung diambil. Ada yang pembayaran ato perpanjangannya harus lewat rekening ada juga yang bisa langsung setor

11 April 2011

Road To Success: Membangun Bisnis & Menjadi "Kaya"


Muda Kaya Raya
Tua Foya-foya
Mati Masuk Surga
*by: Joger

Banyak orang bekerja mambanting tulang untuk mejadi kaya secara finansial belaka, akibatnya terjadi 'kemiskinan' pada sisi yang lain. Seperti kekurangan waktu untuk diri sendiri dan keluarga, miskin secara spiritual, kurang peka terhadap kondisi sosial, kehilangan sahabat, dan kepribadiannya tidak mengalami perkembangan yang berarti.

Road To Success: Membangun Bisnis dan Menjadi "Kaya"





Cara paling tepat mencapai apa yang Anda inginkan adalah

dengan mencari pembimbing yang sudah lebih dahulu

mencapai apa yang Anda inginkan


Pernahkah Anda merasa kehilangan gairah dan merasa apa yang dikerjakan begitu monoton?

Tahukah Anda bahwa itu dikarenakan Anda tidak memiliki Tujuan Hidup yang jelas dan secara rutin selalu diperbaharui?


Banyak orang tumbuh besar di lingkungan yang tidak mengajarkan bagaimana membuat dan memperjuangkan Tujuan Hidup Pribadi dan Keluarga, akibatnya kehidupannya hanya mengalir mengikuti aturan yang ada. Hal ini seperti penumpang taksi yang tidak memiliki tempat tujuan, argo terus berputar tetapi tidak ada capaian yang berarti.


Ada lagi sebagian orang yang memiliki Tujuan Hidup, tetapi tidak tahu bagaimana mencapainya. Setelah beberapa kali mencoba dan gagal, akhirnya menyerah dan hidup mengikuti aliran saja. Saat teman-temannya menggapai cita-citanya, dia hanya dapat menonton dan berkata, "Memang, setiap orang punya nasibnya masing-masing..."


Ada lagi orang yang setiap hari sibuk bekerja, tanpa memiliki waktu yang cukup untuk diri sendiri dan keluarganya. Persoalan finansial dan kehidupannya sudah sangat menyita waktu, tenaga dan pikirannya, sehingga hidupnya tidak pernah dapat dinikmati. Jangankan untuk beristirahat sejenak mengevaluasi kehidupannya, untuk sekedar bersosialisasi dengan tetangga pun sudah tidak memungkinkan. Kehidupannya lebih banyak dihabiskan di kantornya daripada di rumahnya bersama keluarga.


Lain lagi dengan orang yang sekilas terlihat memiliki segalanya, rumah yang mewah, mobil keluaran terbaru, harta yang berlimpah, membiayai anak sekolah ke luar negeri, kedudukan yang tinggi dan dihormati di kantornya, dan posisinya yang disegani di lingkungannya. Tetapi hatinya jauh dari Sang Pencipta, sehingga hidupnya selalu was-was, takut kehilangan hartanya, takut dikhianati anak buahnya, bahkan untuk parkir pun takut mobilnya tergores. Orang yang memiliki segalanya tetapi terlewatkan untuk memiliki ketenangan hidup.


Mungkinkah untuk memiliki semua itu?

Memiliki finansial yang cukup untuk mendukung tercapainya cita-cita,

Memiliki sahabat dan lingkungan positif yang saling mendukung dan menguatkan,

Memiliki karya sosial yang membantu banyak orang,

Memiliki perkembangan kepribadian yang semakin lama semakin disukai orang,

Memiliki waktu untuk menjadi orang tua yang dibanggakan anaknya,

Memiliki banyak solusi untuk membantu finansial kerabat dan teman,

Memiliki ketenangan hidup karena kedekatan dengan Sang Pencipta



Billionaires, adalah komunitas bisnis bagi mereka yang bercita-cita meningkatkan kualitas hidupnya, memberi karya dan membantu sebanyak-banyaknya orang.

Didukung oleh 2 Group Perusahaan besar di Indonesia yang memiliki bidang usaha di berbagai sektor, sehingga Billionaires berkembang menjadi komunitas bisnis yang membantu orang memperbaiki finansilanya, meningkatkan kesehatan dan vitalitas, membangun koneksi bisnis, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan akan pengelolaan kekayaan, mengoptimalkan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, meningkatkan spiritual dan mental, serta menyediakan fasilitas-fasilitas pengembangan diri.


Sebagai pelopor Learning Revolution yang menggabungkan Entertainment dan Education dalam setiap acaranya, sejak berdiri tahun 1997 Billionaires sudah berhasil mengantarkan orang-orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda untuk mencapai kesuksesan yang mereka cita-citakan.


Tahun 2011 ini, Billionaires mengadakan gathering bagi leader-leadernya di kota Bandung dan Jakarta. Lebih dari 180 orang dengan latar belakang serta profesi yang berbeda-beda, serta saat ini menjadi penggerak di daerahnya masing-masing di penjuru Indonesia, berkumpul untuk berbagi kiat-kiat suksesnya.


Jangan lewatkan kesempatan langka ini untuk membuka mata dan pikiran Anda, bahwa Apa yang Anda Cita-citakan berpeluang untuk tercapai

Sabtu 21 Mei 2011
pk 10.00 - 18.00 WIB
Ballroom
Hotel Grand Royal Panghegar
Jl Merdeka no 2 Bandung

Tiket: Rp 150.000,- termasuk makan siang

Potongan Harga bagi yang melunasi sebelum tgl 7 Mei 2011

06 April 2011

Cara Kerja MLM (Multi Level Marketing)


Pertanyaan seputar MLM vs Money Game (MG) banyak dibahas di milis SSR-klub. Karena keterbatasan fasilitas milis yang tidak bisa menerima lampiran, gambar-gambar tentang cara MLM bekerja sy simpan di blog ini

Inilah bagaimana MLM bekerja:
  1. Dimulai dari perusahaan MLM yang memiliki produk yang bermanfaat untuk dipasarkan di Indonesia

  2. Perusahaan membuka peluang bagi orang-orang yang mau bekerja sama menjadi agen promosi

  3. Agen promosi yang disebut DISTRIBUTOR mempromosikan produk perusahaan sehingga mendapatkan konsumen

  4. Distributor memperbesar omsetnya dengan membuka peluang bagi orang-orang yang tertarik menjadi rekan kerjanya

  5. Distributor mengajarkan rekan kerjanya untuk mendapatkan konsumen

  6. Distributor mengajarkan rekan kerjanya untuk mendapatkan rekan kerja

  7. Distributor memastikan rekan kerjanya mengajarkan rekan-rekannya untuk mendapatkan konsumen

  8. Distributor mengajarkan konsumennya untuk menjadi distributor

Setelah itu temukan 1 orang rekan kerja lagi dan lakukan langkah 4 sampai 7, serta ajari konsumen Anda yang lain dan lakukan langkah 8. Lakukan langkah-langkah tersebuut berulang kali hingga Anda mendapatkan cukup banyak rekan kerja dan mendapatkan pendapatan sebesar yang Anda inginkan.


Kip D sPirit haiH