"Yang laen aja korupsi, ntar kita ga dapet"
"Ga usah sok suci, ikut arus aja daripada jadi orang aneh"
Banyak alasan untuk membenarkan korupsi. Tapi 1 alasan mungkin bisa mencegah kita berbuat korupsi. Tahukah kita, bahwa korupsi justru menghabiskan jatah kita sendiri? Adakah orang yg korupsi yang kekayaannya langgeng? Rata-rata habis dengan cepat ya. Malah biasanya berakhir dengan kemiskinan. Tetapi kenyataan ini pun membuat orang merasa mendapat pembenaran untuk tidak mengusahakan pendapatan lebih.
"Ngapain kaya kalau ga bahagia"
"Ah kita mah ga neko-neko, terima aja apa adanya"
"Ga usah serakah, rejeki ada yang ngatur kok"
"Yaa dia sih beruntung, dapet rejeki lebih"
"Biar miskin yang penting happy"
"Gimana mo kaya, gaji ga naek-naek"
Sehingga banyak yang merasa, untuk berpendapatan tinggi, orang harus korupsi atau mendapatkan keberuntungan. Akibatnya, orang yg berhasil dengan upayanya sendiri pun dianggap beruntung, mendapat kesempatan lebih baik, hoki. Ada sebagian lagi yang berpendapat bahwa pendapatan tinggi disebabkan oleh latar belakangnya, keturunannya, lingkungan di mana dia dibesarkan, backingnya, dan hal-hal lain yang orang biasa sulit mendapatkannya.
Padahal, sejak setiap manusia diciptakan, Tuhan sudah menentukan rejekinya. Setiap makhluk memiliki rejekinya sendiri. Berarti tidak mungkin orang lain mengambil jatah kita. Sekuat apapun kita berusaha, kita hanya bisa mendapatkan rejeki kita sendiri, tidak mungkin kita mengambil jatah rejeki orang lain.
Justru karena rejeki setiap orang berbeda besarnya lah sehingga kehidupan bisa berjalan.
Benar, hal ini yang dibuat alasan oleh orang yang malas untuk membenarkan sikapnya agar tidak mencari pendapatan lebih. Karena disangkanya rejeki itu hanya 1 macam. Disangkanya setipa orang hanya mendapatkan 1 jatah rejeki dan rejeki itulah yang kita nikmati setiap harinya. Sayangnya tidak seperti itu, rejeki ada 3 macam:
1. Rejeki yang dibutuhkan
Sejak setiap manusia diciptakan, masing-masing dari mereka sudah ditetapkan rejeki yang dibutuhkannya untuk tetap bertahan hidup. Karena Tuhan Maha Adil, kalau DIA menciptakan perut dan lapar, maka DIA jugalah yg akan memenuhi kebutuhannya. Rejeki tipe I ini adalah makanan yang diperlukan untuk memperkuat tubuh, mempertahankan kesehatan, energi untuk beraktivitas.
"Tetapi ada orang yg mati kelaparan tuh? Kenapa rejekinya ga datang?"
Yang diperlukan adalah bekerja secara tulus ikhlas sehingga rejeki kita akan datang. Seperti burung yang meninggalkan sarangnya dengan perut lapar dan kembali ke sarang dengan perut kenyang, tapi burungnya harus mau keluar sarang dan mencari makanan.
Kalau manusia takut ga dapet makan, berarti kalah dengan cicak. Cicak makan nyamuk yang punya sayap dan bisa terbang. Sedangkan cicak hanya bisa merayap di dinding. Bagaimana caranya ada nyamuk yg bisa tertangkap oleh cicak? Sulit dibayangkan ya? Tetapi kita ga pernah menemukan cicak yg mati kelaparan, paling-paling mati kejepit pintu. Cicak aja yang makanannya terbang selalu dapat makan, apalagi manusia yang punya lebih banyak pilihan.
"Tapi makanan sy ga menarik sih, cuma tahu tempe aja?"
Ada waktunya untuk mendapatkan makanan yang enak, salah satunya di kenduri yang kita diundang. Itulah rejeki kita.
2. Rejeki yang digantungkan
Rejeki tipe II ini yang membedakan pendapatan setiap orang. Bayangkan pohon apel tadi, selain yang matang dan jatuh ada lagi apel yg matang dipohon tetapi tidak jatuh. Apel-apel yang matang di pohon ini adalah rejeki yang digantungkan. Kalau kita mengupayakan untuk meraihnya maka kita akan mendapat lebih banyak.
Macam-macam cara mendapatkannya, ada yang berlatih meloncat, semakin tinggi loncatannya semakin banyak yang bisa dia raih. Ada lagi yang belajar memanjat, semakin tinggi dia bisa memanjat semakin banyak hasilnya. Ada lagi yang menggunakan galah, semakin panjang galahnya semakin banyak hasilnya. Ada lagi yang membuat tangga, semakin tinggi tangganya semakin banyak hasilnya. Ada lagi yang meminta orang untuk mendukungnya sehingga dia bisa meraih lebih tinggi. Macam-macam upayanya, tetapi yang pasti bukan sekedar menunggu apel jatuh.
Sehingga pada rejeki tipe II ini ada quota yang bisa kita ambil tetapi hasil yang kita dapatkan tergantung upaya kita, belum tentu semua jatahnya sudah kita ambil. Oleh karena itu orang dengan upaya yang lebih baik bisa mendapatkan hasil lebih besar.
Mungkin saja jatah pendapatan kita saat ini 1 milyar perbulan, tetapi yang kita ambil baru 500ribu, karena upaya kita cuma bernilai 500ribu. Syaratnya untuk mendapatkan rejeki tipe II adalah 'bekerja sesuai hasil yang diinginkan'. Keinginan akan dikabulkan asalakan upayanya sesuai. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW, "Perbaikilah pekerjaanmu, niscaya dikabulkanlah doamu."
3. Rejeki yang dijanjikan
Semakin banyak kita bersilaturahmi dengan orang, semakin banyak kemungkinan rejeki mengalir dari berbagai arah. Inilah salah satu cara membuat 'multiple source of income'. Dengan 'multiple source of income', apabila income kita dari salah satu sumber mengalami hambatan, kita masih mendapatkan income dari sumber yang lain. Sehingga keliatannya kekayaannya ga habis-habis.
Itulah sebabnya sy percaya bahwa 'Tuhan ingin anda kaya', karena selalu dikatakan, "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah", 'memberi lebih baik daripada menerima'
Nah sekarang waktunya kita kembali ke permasalahan pertama,
Karena rejeki setiap orang sudah ditetapkan Tuhan, sehingga tidak mungkin jatah rejeki seseorang diambil oleh orang lain. Tidak mungkin Tuhan menyediakan jatah rejeki dan kita harus mendapatkannya dengan cara yang tidak halal.
"Kalau begitu, korupsi itu dapat dari mana hasilnya? Mengapa orang yg korupsi biasanya berakhir miskin?"
(thx to Aa Gym atas penjelasannya...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar