31 Agustus 2017

Mengenai Landscape Ecommerce Indonesia: Peta Persaingan Para Raksasa

Seorang teman menanyakan tanggapan sy mengenai artikel "Landscape Ecommerce Indonesia: Peta Persaingan Para Raksasa", jadinya sy bikin sedikit bahasan amatir tentang hal itu.

Ini bahasan menarik, pertama2 prolog dulu ya, kita samakan suara dulu biar mengenal istilah.
Mulai dengan ambil suara, dikocok biar rohnya konstan. Mungkin penjelasan istilah2 ini ga tepat, tapi minimal dalam tanggapan sy ini sy batasi segitu ajah.

Unicorn adalah istilah untuk perusahaan baru (start up) yang mencapai valuasi 1 milyar USD. Istilah unicorn muncul dari salah satu venture capital yg punya kebiasaan menyebut angka milyar USD dengan satuan corn, sehingga unicorn adalah 1 milyar USD, decacorn 10 milyar USD, hectocorn 100 milyar USD dst.

Valuasi sendiri  nilai asset suatu perusahaan saat ini (present value) tapi perhitungannya tidak melulu sekedar aset terlihat (tangible) dan aset tak terlihat (intangible), tapi juga ekspektasi pertumbuhan bisnis di masa depan. (perhitungan benernya njelimet tapi kira2 sperti ini lah gambarannya)
Karena ada ekspektasi itu lah maka valuasi suatu bisnis bisa beda2 tergantung dengan kacamata siapa dipandangnya. Pihak calon investor yg punya pengalaman bisnis tertentu pasti akan membayangkan potensi start up yg sesuai dengan pengalamannya, sehingga ekspektasinya akan berbeda dengan calon investor dari pengalaman bisnis yg berbeda.

Kok bisa investor beda bidang saling tertarik start up yg sama? Itu kan seperti McDonald tertarik WA? Ya inilah yg disebut business disruption, pesaing bisa muncul dari bidang yg berbeda jauh, sehingga dunia bisnis semakin lintas sektoral. Jadinya kalo McDonald tertarik beli WA pastinya punya ekspektasi yg berbeda dengan FB.

Start up adalah perusahaan baru. ‘Baru’nya segimana ni agak sulit dibatasi. Tapi biasanya yg namanya bisnis baru dianggap settle setelah masuk tahun ke 5, sehingga sebelum usia 5 tahun masih bisa dianggap perusahaan baru.  Sebagai sesuatu yg baru, tentu harus mengikuti tahapan2 perkembangannya. Seperti manusia, dari bayi, anak2, remaja, dewasa selalu ada tugas perkembangan yg harus diselesaikan, perusahaan pun demikian, mulai dari ide produk dan sistem, didirikan, suntikan modal, pengembangan dan penyesuaian sistem bisnis, dsb hingga akhirnya menjadi perusahaan yg settle, mature secara sistem sehingga tidak reaktif terhadap pasar, punya positioning, tapi tetap memiliki visi dan berusaha menggapainya.

Biasanya mencapai tahap settle ini ga bisa cepat, karena menyesuaikan sistem bisnis adalah bagian tersulit. Di tahap rencana boleh aja terlihat bagus sistemnya, tapi di lapangan ternyata amburadul kinerjanya sehingga harus cepat2 disesuaikan. Kecepatan penyesuaian ini yg berbeda2 untuk setiap perusahaan. Start up yang bisa dengan cepat menyelesaikan tahapan2 ini dan menyesuaikan sistemnya biasanya menjadi bintang lapangan, yg lebih besar lagi jadi calon2 unicorn, dan mereka yg segelintir akan jadi unicorn.

Karena tahapan itu terkait juga dengan kebutuhan dana, cara paling mudah menentukan pada tahapan mana suatu start up berada bisa ditelisik dari pengelolaan dana nya. Standarnya pola  investasi selalu grafiknya menurun dulu hingga mencapai titik balik bawah baru menanjak dan mencapai titik impas (break even point), kemudian menanjak dan sedikit melandai baru menanjak lagi. Yang terakhir ini berarti perusahaannya sudah settle sistem dan positioningnya
Biasanya pada saat start up mulai mencapai titik balik bawah, akan muncul angel investor (istilah u investor modal ventura) yg berani menyuntik dana untuk meneruskan pengembangan bisnis si start up. Bagi pemain start up kalo sudah mencapai tahap ini artinya bisnis tersebut sudah di ‘jalan yg benar’. Tinggal selanjutnya apakah bisa mencapai titik impas dengan dana tersebut.


Source: Wikipedia


Itu tentang unicornnya

Sekarang tentang 3 unicorn itu, tokoped, gojek, n traveloka
Entah menurut para pakar bisnis ya, ini hanya pendapat pribadi, dalam bisnis ada 4 faktor yg paling dicari konsumen, paling ya, yg laennya masih ada, yaitu: kualitas, kecepatan, harga dan kemudahan. Kalo qt bisa buat produk qt, baik barang ataupun jasa, menjadi yg terbaik kualitasnya, paling cepat pelayanannya, paling murah harganya, dan paling mudah diakses, maka ga perlu takut dengan saingan, bahkan disruption pun ga usah takut.

Ketiga unicorn tsb berfokus pada 4 hal tersebut, dan mereka menambahkan satu faktor lain menjadi one stop service. Tokoped terinspirasi rakuten, menjadi online mall terbesar, gojek menjadi delivery service, traveloka menjadi traveling agent. Dan yang menariknya, mereka mendapatkan keuntungan bukan dari produk mereka sendiri, melainkan dari komisi pembelian produk orang lain, istilah makelar online mungkin lebih cocok untuk mereka daripada online shop, seperti alibaba dan ebay, raksasa-raksasa dalam bisnis makelar online.

Sebetulnya kalo disamakan dengan alibaba atau ebay masih belum pas, karena keduanya adalah contoh bisnis jaman internet, sedangkan ketiga unicorn itu contoh bisnis jaman ... mmm let’s say .. aplikasi smartphone? Ga ga.. mungkin lebih cocok “jaman android”. Ya, ketiga unicorn tersebut adalah bagian dari googlenomics, thx to google yg sudah membuat android jadi open source sehingga penetrasi pasarnya bisa se-emejing inih.

Ada pendapat bahwa membuat bisnis yg besar itu sebenarnya hanya perlu berselancar menunggangi gelombang perubahan. Mari kita sebut beberapa yg outliers, microsoft misalnya, membesar menunggangi penetrasi PC, untuk hardwarenya ada intel yg menjadi pasangan wintel. Red bull kratingdaeng membesar menunggangi kebutuhan generasi baby boom saat usia eksekutif muda, di mana persaingan kerja semakin berat sehingga orang harus beraktivitas lebih lama. Properti juga sama menunggangi perkembangan demografi suatu daerah. Google jelas menunggangi perkembangan internet, walaupun untuk kasus ini mungkin saling berkebalikan, internet membesar pun salah satunya karena ada peran google.

Apa bedanya jaman internet dengan jaman android? Sama2 murah aksesnya, hanya kalo jaman internet masih terbatas komputer untuk akses internet, sedangkan jaman android perangkatnya sangat dekat, bahkan seringkali lebih dekat daripada bayi qt sendiri. Inilah jaman di mana handphone bener-bener jadi handphone karena hampir sepanjang waktu tu gadget nempel di tangan. Dan karena handphone hampir selalu nempel di tangan, maka aplikasi para unicorn pun selalu nempel di tangan juga.

Kelebihan paling kentara dari bisnis makelar berbasis aplikasi smartphone adalah mudahnya penyesuaian sistem bisnis. Beda dengan online shop yg memiliki stok produk, online makelar ga punya stok produk, Cuma mengelola networking dengan pemilik produk. Sehingga penyesuaian skema kerjasama antara makelar-pengguna, makelar-pemilik produk, dan pemilik produk-pengguna bisa dengan cepat diubah2 dengan mengupdate aplikasi. Contohnya saat gojek ingin mengubah sistem pembayaran dari tunai jadi e-wallet, dengan cepat gopay diperkenalkan saat update aplikasi dan penetrasinya dipercepat dengan promo2. Semuanya just a click away.

Keunggulan aplikasi smartphone ini yg membuat start up (dapat) dengan cepat menyelesaikan tahap-tahap perkembangannya, keunggulan yg tidak dimiliki oleh bisnis2 sebelumnya, bahkan tidak juga dimiliki oleh bisnis era internet.

How come Cuma bisnis makelar bisa sebesar itu? Jawabannya: Big data.
Secara gampangnya itu adalah data2 yg terhimpun dalam transaksi dan pendukungnya yg dicatat, diolah sehingga menghasilkan kemungkinan2 baru.

Dalam bisnis big data ada 3 hal yg jadi ciri utamanya, 3 V, bolume, belocity, dan bariasi. Volume, karena jumlahnya yg sangat besar, sehingga perlu storage yg besar dan handal. Velocity, karena data yang besar itu tetap harus dapat diakses dengan cepat. Variasi, karena data yg diperlukan maupun yang tidak diperlukan saat ini dikumpulkan dulu semuanya untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
Mengapa big data ini menarik? Karena untuk memprediksi sesuatu di masa depan akan sangat sulit apabila data yg diperlukan kurang lengkap, dan big data menutupi kekurangan tsb. Big data analyt1cs diperkirakan akan dapat membuat prediksi akurat tentang hal-hal yg saat ini masih tak terprediksi, contoh ekstrimnya akan dapat memprediksi apa yg akan dimakan orang 5 tahun dari sekarang, kata seorang penggiat big data analytic. Sehingga sebagai pihak yg mengetahui hal tersebut, sperti glimpse of the future, pemilik big data dapat mempersiapkan bisnisnya jauh sebelum orang lain menyadarinya, istilahnya “jenderal curi-curi start”.

Oleh karena itu bisnis makelar onlen berbasis aplikasi smartphone ini (*kok istilahnya jdai panjang bgitu ya? T_T) disebut2 sebagai salah satu bisnis masa depan karena kemampuannya mengumpulkan data dari pengguna.

Kembali ke 3 unicorn yg qt bahas, dengan kemampuan mreka menggali dan menganalisa big datanya menghasilkan perkembangan bisnis yg beragam tetapi dengan sumber pendapatan yang sudah terprediksi, hal ini jelas-jelas sangat disukai investor.

Sekarang tentang penetrasi China di pasar e commerce Indonesia

Apabila isu-isu penguasaan China dikesampingkan, dan Cuma dilihat dari kacamata bisnis, adalah wajar apabila china melakukan perluasan bisnis ke Indonesia. Sebagai negara yg pertumbuhan ekonominya sangat tinggi selama beberapa tahun terakhir, saat ini ekonomi china mulai ‘kepenuhan’ sehingga perlu lokasi baru untuk dialihkan. Selain itu dukungan dananya pun memadai, sehingga terasa impact investasinya.

Selama yg dibeli dan dikembangkan di Indonesia adalah start up lokal yang didirikan dan dikembangkan oleh orang Indonesia, maka berarti sudah satu langkah bagus sudah berhasil dicapai oleh Indonesia. Karena dengan demikian start up lokal sudah mulai ada yang  memenuhi kriteria perusahaan yg sehat untuk diakuisisi.

Apakah akan membahayakan masuknya barang2 buatan china lewat e commerce yg mereka kuasai? Menurut sy sih ga ada masalah kalo sekedar peralatan yg makin banyak, selama peralatan itu sekedar spare part dari suatu sistem yg dibangun oleh lokal Indonesia.  

Ibaratnya gapapa pancinya dari china selama dipake u bikin rendang yg asli Indonesia untuk dijual ke pasar internasional. Gapapa tangkinya dari china asalkan teknologi pabriknya punya lokal.

Kok santai gitu sih, invasi sudah di depan mata? Karena masuknya barang china sudah menjadi keniscayaan, remember 4 hal di bisnis? Murah, cepat, kualitas, dan akses? Barang China sudah memenuhi itu semua, ga akan bisa ditahan untuk diminati oleh konsumen dalam negeri. Tinggal gimana qt memanfaatkannya untuk menghasilkan added value yg lebih besar.

Ada beberapa hal yg bisa dimanfaatkan dari penetrasi China ini, tp yg sy soroti ada 2. Pertama, murahnya barang china membuka jalan u melakukan ‘percobaan2’. Percobaan adalah hal yg sangat besar kemungkinan gagalnya, sehingga modalnya harus sekecil mungkin, dengan adanya barang china qt bisa menekan biaya percobaan, sehingga pengenalan sifat suatu sistem menjadi lebih murah dan cepat. Fokuskan pada produk teknologi dan produk budaya yang tidak mudah disubstitusi oleh produk luar negeri. Untuk saat ini, gapapa bikin sinetron pake kamera china, selama sinetronnya dijual lebih mahal daripada kameranya.

Yang kedua, masuknya dana segar ke pasar e commerce akan menggiatkan start up baru untuk mewujudkan impian2 bisnisnya dengan standar yang sudah semakin baik. Berkaca dari bukalapak, dalam waktu tidak sampai setahun sudah dapat mengumpulkan ‘tenant’ sebanyak 10.000. Berarti kalo dipukul rata 1 startup bagus bisa mengangkat 10.000 umkm maka dengan 100 start up bagus bisa terangkat 1 juta umkm, multiplier effectnya akan sangat besar, akhirnya akan berdampak pada GDP. Seperti yg kita tau, GDP adalah dasar dari volume penerbitan mata uang.

Mungkin di lain kesempatan sy lanjutkan dengan "Unggul bersaing diantara para raksasa",
tapi entah kapan, mungkin nunggu ada yg nanya dulu :D

jazz my 2 cents (PR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar