Tampilkan postingan dengan label pengelolaan keuangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pengelolaan keuangan. Tampilkan semua postingan

25 Januari 2015

RIZKI DI TANGAN ALLAH

Dari pengajian Masjid Al Imtiyaaz Surapati Core Bandung

RIZKI DI TANGAN ALLAH

Tafsir Q.s. as-Syura: 27:
﴿وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ﴾

“Andai saja Allah lapangkan (mudahkan) rizki untuk hamba-hamba-Nya, pasti mereka akan kurang ajar (bertindak melampaui batas) di muka bumi. Tetapi, Allah menurunkan dengan kadar yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Berpengalaman dan Tahu akan hamba-hamba-Nya.”

Ayat ini menjelaskan, bahwa kalau Allah belum memberikan rizki yang berlimpah kepada manusia, boleh jadi, karena dia memang belum siap dijadikan kaya oleh Allah SWT. Karena, ketika dia dijadikan kaya, justru akan merusak hidupnya. Karena, Allah Maha Tahu, dan Maha Berpengalaman terhadap hamba-hamba-Nya.

Ayat ini juga mengajarkan kepada kita, agar kita selalu menyukuri tiap nikmat yang Allah berikan kepada kita, berapapun jumlahnya. Karena Allah yang Maha Tahu, berapa kadar yang memang layak diberikan kepada kita, agar kita mampu menggunakannya sesuai dengan kadar kemampuan kita. Justru di sinilah, kasih sayang Allah kepada kita. Maka, kita harus menyadari, ketika Allah memberikan rizki yang banyak, atau sedikit, semuanya merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Karena Allah Maha Tahu kondisi kita.

Banyak orang yang mengeluh, ketika diberi rizki yang sedikit, seolah Allah tidak sayang kepadanya. Sehingga dia iri kepada orang lain yang diberikan nikmat yang lebih. Akhirnya, dia tidak bisa menyukuri nikmat yang Allah berikan kepadanya. Dia juga tidak ridha kepada Qadha' Allah. Dia juga hasud terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Dalam kondisi seperti ini, justru dia telah terjebak dalam tiga dosa sekaligus: Dosa, tidak menyukuri nikmat, dosa tidak ridha kepada Qadha' Allah, dan dosa hasud terhadap nikmat yang diberikan kepada orang lain. Na'udzubillah..

Semoga kita semua termasuk hamba-hamba Allah yang bisa menyukuri nikmat Allah, yang diberikan kepada kita.

‪#‎YukNgaji‬ ISLAM
Sumber: Status FB

27 Agustus 2014

Investasi dan Subsidi


Ke depannya 2 kata ini akan banyak berseliweran di jagad maya, media cetak n elektronik. Siap2 aja

INTERMEZZO: Gambaran simpel tentang pengeluaran:
  1. kalo Anda mengeluarkan sejumlah uang yang mengakibatkan pendapatan Anda di masa depan meningkat secara daya beli, maka pengeluaran tersebut = INVESTASI
  2. kalo Anda mengeluarkan sejumlah uang yang apabila dibatalkan pengeluarannya akan mengakibatkan pendapatan Anda berkurang atau bahkan hilang, maka pengeluaran tersebut = BIAYA
  3. kalo Anda mengeluarkan sejumlah uang yang tidak membuat pendapatan Anda di masa depan meningkat secara daya beli, dan apabila dibatalkan pengeluarannya ternyata tidak membuat pendapatan Anda berkurang ataupun hilang, maka pengeluaran itu = BUKAN BIAYA & BUKAN INVESTASI, lalu pengeluaran apa dong? PENGELUARAN TIDAK BERGUNA


subsidi tu masuknya kategori apa?
investasi? Biaya? ato Pengeluaran tidak berguna?
Pertanyaan dasarnya, faktor apa yg membuat hal itu jadi berbeda?
jumlahnya kah? waktunya kah? penerimanya kah?

Sayangnya bukan itu semua, inti perbedaan dari ketiga pengeluaran tersebut hanya 1: seberapa besar pihak yang mengeluarkan uang tersebut bisa mengambil manfaatnya.
Kalo + itu akan menjadi investasi,
kalo 0 itu akan jadi pengeluaran tidak berguna
kalo - itu akan jadi biaya

Subsidi bukan hak prerogatif pemerintah, pengusaha pun mengeluarkan subsidi, untuk karyawannya ada subsidi transportasi, subsidi makan siang dll, kalo u konsumen biasanya dibalut nama2 berbau promosi.
Tapi bukan cuma mereka, orang tua pun memberikan subsidi untuk anaknya agar bisa belajar di sekolah dengan nyaman. Anak muda pun memberi subsidi u pacarnya agar mau diajak kencan. Panitia acara memberi subsidi pada peserta agar semakin banyak orang yang bisa mengikuti acaranya, dll

Mengapa subsidi dikeluarkan?
Agar orang yang diberi subsidi mendapat kemudahan/keringanan beban sehingga bisa melakukan aktivitas yang diharapkan dengan lebih optimal sehingga (diharapkan) ke depannya akan memberi hasil yang lebih optimal

Dalam bentuk apa subsidi diterima?
Bisa dalam bentuk sejumlah uang. Bisa dalam bentuk sejumlah diskon.
Bisa dalam bentuk pelayanan, sperti jemputan/antaran gratis dari hotel ke bandara. Bisa dalam bentuk bentuan tenaga, seperti penempatan asisten untuk memudahkan pekerjaan dsb
Apapun bentuknya, subsidi selalu dapat diukur nilai uangnya, sehingga mudah dihitung nilai ekonomisnya

Nah, sudah waktunya sedikit MELEK FINANSIAL, apakah Anda sebagai pemberi subsidi bener2 sudah mampu mengambil manfaat dari pengeluaran tersebut? Ato subsidi hanya menjadi beban bagi Anda?

Catatan: Ke depannya, kata INVESTASI akan menjadi eufimisme (penghalus bahasa) dari INVASI EKONOMI = penguasaan bidang/daerah bernilai ekonomis


Nusantara, 27 agustus 2014

"kaya itu rasa, bukan angka"
- prie

31 Maret 2013

Financial Wisdom: Unit Link vs Term Life + Reksadana

Financial Wisdom: Unit Link vs Term Life + Reksadana: Seorang teman di sebuah forum menanyakan lewat japri (jalur pribadi) tentang penawaran asuransi yang dia terima. Beliau bingung, karena saat ditawarkan UL (Unit Link) terlihat sangat menguntungkan saat dipresentasi oleh agennya, padahal di forum sangat banyak yang menentang UL. Mereka menganjurkan membeli TL (Term Life) yang harganya lebih murah dan berinvestasi di RD (Reksadana). (Cat: cara ini istilahnya BTAID, Buy Term And Invest Different) Beliau sempat menyampaikan masalahnya ini pada salah seorang FP (Financial Planner) dan dianjurkan untuk melakukan BTAID daripada beli UL.

Saat sy melihat ilustrasi UL dan tabel TLnya, sy menyadari bahwa ULnya banyak 'salah'. ULnya tidak dibuat sesuai kepentingan nasabah, sehingga banyak dana yang terbuang percuma. Sy mintakan teman yang tukang ngulik ilustrator UL di sebuah perusahaan asuransi lokal untuk membuatkan UL sesuai kebutuhan nasabah.


Berikut tabel perbandingan perkembangan investasi antara UL dan BTAID yang ditawarkan pada teman sy tersebut setelah ULnya di'bener'in. (Klik gambar untuk memperbesar ya)




Ini adalah ilustrasi perkembangan investasi di ULnya. Nilai pada tabel di atas diambil dari Estimasi Nilai Investasi Tinggi


Tabel di bawah adalah nilai premi TLnya, yang diambil hanya program dasar saja.




Ternyata setelah ULnya di'bener'in, hasil investasinya bisa melebihi BTAID pada tahun ke 10. Tahun-tahun selanjutnya nilai investasi di UL tidak terkejar lagi dan BTAID semakin jauh tertinggal.


Apakah UL selalu menang dari BTAID?

Tidak Selalu.

Anggaplah perbandingan ini seperti kompetisi kecepatan, siapa yang lebih dulu melewati garis FINISH dialah yang menang. Apakah yang kecepatannya lambat selalu kalah? Tidak. Selama kompetitornya berjalan lebih lambat, dia bisa menang.

BTAID memiliki 'kecepatan' yang tetap. Premi u sejumlah UP bagi orang dengan kondisi yang sama kemungkinan besar nilainya akan sama. Sedangkan UL tidak demikian. UP yang sama dari orang yang sama bisa dihasilkan dari premi yang berbeda nilainya, tergantung porsi investasi dan pengaturan-pengaturan lainnya.

Kadang ada juga UL yang kecepatannya lebih rendah dari BTAID, karena yang membuat ilustrasinya tidak fasih menggunakan program ilustratornya. Kadang BTAID ketinggalan jauh dari UL, karena yang membuat ilustrasinya sudah lihai ngulik program ilustratornya.

Kesimpulannya:

  • BTAID bisa menang hanya untuk jangka waktu yang pendek. Dalam perbandingan di atas, jangka waktu maksimum di bawah 10 tahun.
  • UL bisa menang dari BTAID apabila pembuat ilustrasinya bisa mengatur komposisinya.



    Catatan Tambahan (Ditambahkan pada 2 april 2013) :

    Merokok dan tidak merokok:
    Kalau diperhatikan, TL yang ditawarkan adalah untuk laki-laki merokok. Sedangkan UL yang ditawarkan laki-laki tapi tidak jelas apakah merokok atau tidak. Banyak yang bertanya, mengapa TLnya tidak dibuat untuk laki-laki yang tidak merokok saja biar lebih mendekati?

    Masalahnya, temen sy ni merokok, sehingga TLnya harus untuk laki-laki yang merokok. Kalo ga, nanti jadinya penipuan asuransi, kalo nantinya klaim pasti ditolak. Lha ngapain beli asuransi yang pasti ditolak klaimnya? Sedangkan ULnya tidak membedakan apakah laki-laki tersebut merokok atau tidak, preminya sama saja.


    Masalah UP jiwa di UL:
    Banyak yang bertanya-tanya, ini pasti UP jiwa ULnya ga 1 Milyar rupiah ya? 
    Sebenernya UP jiwa di ULnya sama dengan di TL, sama-sama 1 Milyar rupiah. Hanya saja, di TL proteksinya berhenti setelah tahun ke 20 yaitu setelah usia 57, sedangkan di UL proteksinya masih berlanjut dan masih nilai yang sama (1 Milyar rupiah, tidak berkurang) hingga usia 99 tahun. 

    Hanya saja di tulisan ini tidak ditampilkan halaman pertama dari ilustrasi ULnya, hanya agar tidak ketauan ini UL darimana (walaupun yang sering berkecimpung dengan asuransi ini pasti dah kenal tampang ilustrasinya ^_^). Takutnya nanti pembaca terjebak dengan merk. 
    "Oh kalo UL yang laen pasti ga bisa bgini, UL ini aja kebetulan bisa besar."

    Padahal tulisan ini maskudnya untuk memberi gambaran secara umum, bukan perbandingan merk vs merk. Kalo yang terakhir yang kita bahas, bakal roommate karena banyaknya merk yang beredar di jagad finansial. ^_^

    Sebenernya bisa saja dibuat agar lebih mendekati. UP ULnya dibuat 1 Milyar rupiah hanya sampai usia 57 tahun, setelah itu menurun. Dengan demikian pasti premi ULnya lebih murah dan hasil investasinya pasti lebih membengkak.

    Tapi sy nya yang sungkan minta tukang ulik ilustratornya untuk mengubah-ubah lagi. Lagian tanpa diubah-ubah pun hasil investasinya sudah lebih besar UL daripada BTAID ^_^


    Masalah pertumbuhan investasi 18%:
    Sebagian pembaca bertanya, kenapa dipatok pertumbuhannya 18% pertahun, kan ga semua UL bisa sebesar itu, sedangkan RD malah rata2 lebih dari 18%.

    Sebenernya bukan masalah angka pertumbuhannya brapa. Yang jadi inti masalah yang pengen diketahui adalah "sebenernya lebih banyak mana sih jumlah dana yang diinvestasikan? Apakah UL yang lebih banyak, ataukan BTAID?"

    Kalo BTAID kan sudah terlihat berapa besar dana yang bisa diinvestasikan. Dari sejumlah uang yang ada, kurangi premi TL, maka itulah dana yang bisa diinvestasikan. Bgitu?

    Trua kalo untuk UL brapa dana yang bisa diinvestasikan? Kalo beli unitnya lewat asuransi dulu, pasti kena biaya akuisisi selama 5 tahun pertama, dan selanjutnya brapa? Kalo lewat top up langsung kena biaya masuk. Jadi sebetulnya brapa sisa dana yang diinvestasikan oleh UL?

    Jawabannya: ga tau ^_^

    Karena 'ga tau' itu lah kita pake hasil akhirnya aja, yaitu nilai investasi yang tercantum di ilustrasi. Itukan nilai net yang sudah dipotong biaya asuransi. 

    Kalo kembali ke pertanyaannya, "kenapa 18%?", karena di ilustrasinya menyediakan data pertumbuhan 18%, sehingga kita tinggal nyontek. 

    Trus kenapa ga data lain yang lebih kecil persentasenya?
    Agar lebih mudah terlihat perbedaannya. Semakin besar pertumbuhannya, semakin jelas kelihatan perbedaan 'kecepatan'nya. Bgitu sodara-sodara? ^_^

    Oleh karena pertumbuhannya sama, kita bisa reverse engineering.
    Logikanya gini, misalkan aja deposito. Kita ga tau awalnya setor berapa, yang kita tau cuma bunganya flat selama 20 tahun. Yang satu dapet sejumlah X yang satu dapet sejumlah Y pada tahun ke 20. Tinggal kita bandingkan, mana yg lebih besar, si X ato si Y? 

    Kalo X lebih besar dari Y brarti X lebih besar masukin dananya. Demikian juga sebaliknya.

    Emangnya buat apa kita tau dana siapa yg lebih besar disetorkan ke investasi?
    Ini untuk memberikan gambaran sebenernya biaya asuransi sapa yg lebih banyak motong duit kita. Apakah UL yg lebih rakus motongnya ataukah TL?

    Dari modal duit yang sama, cuma 15,3jt pertahun. Yang satu dikurangi biaya di UL, yang satu dikurangi biaya di TL, dengan pertumbuhan yang sama, ternyata memberi hasil investasi yg berbeda. Artinya ada yg motongnya lebih besar daripada yang lain. Bgitu bukan? (Bukaaaaan.... ^_^)


    Masalah TL yang 20 tahun:
    Sodara Priyadi (pemilik Priyadi.net yang tahun 2007 menulis perbandingan UL vs BTAID di situsnya) menanyakan, kenapa TLnya pake yang flat 20tahun pembayaran? Jadinya kan investasi RDnya di awal2 kepotong banyak. Padahal kalo pake yg tahunan, premi di awalnya lebih murah sehingga lebih banyak dana yang bisa diinvestasikan di RD. Dengan demikian pertumbuhan RDnya pasti lebih kenceng.

    Masalahnya, secara kronologis temen sy ni sudah mempersempit pilihan antara TL 20tahun ato UL. Jadi, sy didatangi dengan kondisi yg sudah demikian rupa, bukan dari awal menemani pemilihan. Adanya begitu ya sy hitungkan begitu. 

    Dan teman sy ni memang dengan sadar dan paham memilih TL yg 20 tahun, bukan TL yg tahunan, ato yg 5 tahunan, ato yg 10 tahunan. Yaa sy lebih suka menghormati pilihannya daripada mengutak utiknya, memangnya sy lebih tau dari beliau? Lha yg palign tau kondisi dan kebutuhannya kan ya individunya sendiri. Bgitu?

    (Diskusi lengkapnya silakan lihat di wall pesbuk sy)


    Masalah UL lokal vs TL luar:
    Ada yg merasa ga adil kalo UL lokal dibandingkan dengan TL luar, harusnya lokal sama lokal ato luar sama luar. 

    Yang jadi masalahnya, apakah kita beli proteksi ato beli merk? Saran sy kalo beli merk ya jangan itung2 ongkosnya brapa, beli aja dan tutup mata soal harganya, mo mahal mo murah ya ga usah peduli, apalagi peduli dengan opini orang laen, kuping budeg ajah dan muka badak. Ga ada badak ga bagus kok... ^_^ 

    Kalo beli proteksi, ya selama track recordnya bagus, keuangannya bagus, bayar klaim ga pernah mangkir, apa bedanya asuransi luar dan lokal? Uangnya kan sama2 rupiah? Daya belinya kan sami mawon, sarwana alias podo wae? ^_^


    Semoga lebih jelas... ^_^

    16 Maret 2013

    Program CFP 1 - Jakarta, Maret 2013

    BIC Course bekerjasama dengan IFPI, mendapatkan rekomendasi dari FPSB (Financial Planning Standards Board) untuk menyelenggarakan program sertifikasi perencanaan keuangan (CFP®) yang diakui di 20 negara di dunia yaitu Amerika Serikat, Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Hongkong, Korea, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, China, Indonesia, Afrika Selatan, Swiss, Inggris, Austria, Brazil, India, dan Taiwan.


    Jadwal CFP 1 Jakarta  22-24 Maret 2013
    • Jum'at, 22 Maret 2013 : 18.00 - 21.30
    • Sabtu , 23 Maret 2013 : 09.00 - 21.00
    • Minggu, 24 Maret 2013 : 09.00 - 19.00

    Tempat :
    BIC
    jl Griya Utama Sunter
    Komplek Puri Mutiara blok BF 15
    Jakarta Utara


    Biaya: Rp 5.500.000,-

    Untuk pendaftaran, hubungi :
    • Maria Regina 0812 303 9000
    • Fenny 0812 175 8589
    • PIN BB BIC 22CE4385
    Materi: Program CFP

    12 Oktober 2011

    Doa Terhindar dari Lilitan Hutang


    Abu Umamah, salah satu sahabat Rasulullah SAW, terlilit utang yang tidak bisa diselesaikannya sehingga dia pun berhari-hari lamanya hanya duduk di masjid, padahal di luar waktu shalat. Ketika Rasulullah datang dan menanyakan kenapa dia melakukan itu, dia menjawab bahwa kedukaan dan utangnya sungguh membuatnya nestapa. Rasulullah SAW pun kemudian mengajarkan doa di bawah ini yang dapat membantu menjauhkan diri kita dari kedukaan dan jeratan hutang.

    Bacaan Doa Mohon Terhindar Dari Lilitan Utang


    “Allaahumma innii a’uuzubika minal hammi wal hazani wa a’uuzubika minal ‘ajzi wal kasali wa a’uuzubika minal jubni wal bukhli, wa a’uuzubika min galabatid daini wa qahrir rijaal.”

    Arti Doa Mohon Terhindar Dari Lilitan Utang
    “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kedukaan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan rasa malas. Aku berlindung kepada-Mu dari rasa takut (pengecut) dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan cengkeraman orang-orang yang berkuasa. (H.R. Abu Daud)”

    23 Desember 2009

    Tangible asset vs intangible asset

    Anda mungkin pernah mendengar tentang asset, secara sederhananya segala sesuatu yg memiliki nilai ekonomis dapat kita anggap sebagai asset. Secara kasat mata kita bisa membedakannya dengan tangible asset, asset yang bisa 'dilihat', dan intangible asset, asset yang tidak bisa 'dilihat'

    Biasanya kalau orang mengatakan tentang asset, yang dia maksudkan adalah tangible asset, sperti properti, tabungan, saham, ternak, emas, dsb. Sedangkan intangible asset adalah ketrampilan, pengetahuan, ide yang tidak bisa diukur secara nyata nilainya.

    Berikut ada sebuah kejadian yang menggambarkan tentang tangible asset dan intangible asset...

    Suatu hari pemuda A datang ke rumah temannya, pemuda B.
    A: Dispensermu ganti ya? Yang dulu ke mana?
    B: Bocor. Bikin aqua gue cepet abis aja.
    A: Trus sekarang di mana? Dibuang?
    B: Belom sempet. Tuh di sana.
    A: Gimana kalo kubawa aja? Toh di sini juga ga kepake cuma penuh2in tempat.
    B: Bawa aja. Gue dah males ngeliatnya.

    Pemuda A membawa dispenser bocor tsb ke kamar kostnya, dan mulai mencoba memperbaikinya. Karena dia tidak punya obeng, dipinjamnya obeng dari kamar sebelah.

    Setelah berhasil dibuka, terlihat bahwa yang bocor adalah kerannya, pecah karena kepanasan. Dibelinya keran baru di pasar swalayan seharaga 6500. Beberapa saat kemudian, selesailah penggantian keran yang bocor tsb. Sambil memperbaiki, sekalian dia bersihkan dispenser tsb biar terlihat menarik.

    Selesai membersihkan dan mengembalikan obeng, dibuatnya selembar pengumuman, Dijual dispenser 2nd masih mulus. Murah. Cuma 85rb. Hubungi 08xx xxx xxxx dan ditempelkannya di gerbang kosnya.

    Tidak lama ada orang menghubungi dan tertarik melihat dispensernya
    Pembeli: Ini dispensernya? Ada dusnya?
    A: Ga ada. cuma ada dispensernya aja. Masih panas, insulasinya juga masih bagus. Masih mulus lagi.
    Pembeli: 75ribu deh, sy ambil.
    A: Humm... boleh deh.
    Pembeli: Deal ya, sy angkut sekarang

    Apa modal pemuda A?
    Kemampuan mereparasi? Modal 6500 membeli keran dispenser baru? Perhatiannya terhadap kondisi temannya? Kemampuan meminjam obeng? Kemampuan membuat pengumuman? atau kemampuannya membersihkan dispenser?

    Semua benar. Modal pemuda A adalah intangible assetnya. Sedangkan tangible asset berupa dispenser rusak, obeng dia dapatkan tanpa uang.

    Banyak orang berfokus pada tangible asset ketika akan memulai usaha, dan lupa untuk memupuk intangible assetnya. Akibatnya usahanya tidak bertahan lama. Padahal sesungguhnya tangible asset akan berkumpul pada orang2 yang memiliki intangible asset. Dan orang yang tidak memiliki intangible asset akan mudah kehilangan tangible assetnya.

    Ibaratnya orang meminjamkan mobilnya, pasti kepada orang yg memiliki sim. Orang yg memiliki mobil tanpa sim, mungkin harus merelakan mobilnya untuk dikendrai oleh supirnya yang punya sim.

    Itulah sebabnya orang yang sukses berbisnis selalu mengatakan, "Tidak perlu uang untuk memulai usaha". Karena uang hanya dibutuhkan untuk membeli tangible asset, padahal tangible asset bisa pinjam dulu, sperti bangsanya obeng tadi.


    Jadi, apa yang menghambat kita untuk mulai mengumpulkan asset??? ^_^

    16 April 2009

    Cara sederhana mengelola keuangan

    Mari kita bayangkan perjalanan hidup ini sperti kita mo melakukan travel ke suatu tempat. Dari titik awal pemberangkatan, agar sampai di tujuan dengan selamat,
    apa saja yang harus dilakukan?
    Tentu saja sy harus persiapkan bekal, kendaraan, peralatan kalo2 perlu perbaikan,
    kotak P3K kalo2 ada yg luka, sakit dsb, peta perjalanan, uang, dan lain-lain.

    Sesampainya di tempat tujuan, apa yg akan sy kerjakan di sana ?
    Untuk melakukannya, barang2 apa saja yg harus sy persiapkan?
    Di mana sy mendapatkan barangnya? Bawa dari tempat pemberangkatan?
    Beli di perjalanan? Atau beli di tempat tujuan saja?
    Atau tidak perlu beli, sebaiknya pinjam saja?

    Anggaplah tempat tujuan itu namanya "keluarga sehat dan sejahtera".
    Agar bisa sehat, sy harus merawat badan, makan makanan yang sehat, menambahkan supplemen kesehatan apabila perlu, berolah raga. Dan ketika sakit, harus memeriksakannya ke dokter, menyediakan obat dan perawatannya, kalau perlu memastikan operasi saat dibutuhkan.

    Agar bisa sejahtera, sy perlu punya uang yg mencukupi apabila ada keperluan2,
    seperti, menyediakan kebutuhan sehari-hari, memperbaiki kendaraan, membeli rumah, membayar pulsa telpon, membayar biaya RS, merawat kesehatan, membayar biaya pendidikan, dsb. Selain itu juga dana untuk kebutuhan sosial, seperti membantu orang lain yg kesusahan, menolong kerabat dan kenalan, memberi sumbangan, dan lain-lain.

    Agar sy bisa memenuhi kebutuhan keuangan tsb, kita memiliki pendapatan dari pekerjaan/bisnis. Mari kita anggap pekerjaan/bisnis ini sebagai kendaraan kita menuju tempat tujuan. Sebagai kendaraan, tentu saja ada biaya perawatannya. Misalnya biaya transportasi ke kantor, biaya telpon, biaya pengembangan ketrampilan dan masih banyak lagi.


    Nah dari semua kondisi tsb, mari kita mulai antisipasi segala sesuatu yg dapat membuat kita gagal mencapai tempat tujuan, setelah itu kita antisipasi juga segala sesuatu yg dapat membuat kita terhambat sampai di tujuan.

    Apa yg terjadi kalo pekerjaan sy hilang? bisakah sy sampai tempat tujuan?
    Apa yg terjadi kalo pencari nafkah utama sakit?
    Apa yg terjadi kalo pasangan atau anak sakit?
    Apa yg terjadi kalo pencari nafkah utama meninggal?
    Apa yg terjadi kalo asset rusak?
    Apa yg terjadi kalo inflasi begitu tinggi sehigga harga2 naik?
    Apa yg terjai kalo rumah bocor semua dan tidak bisa ditinggali?
    Apa jadinya kalo roda kendaraan kempes tengah jalan ketika menuju kantor?
    dsb.. dsb...

    Mana kondisi yg menggagalkan.. mana yg cuma menghambat..
    Yg kemungkinan menggagalkan mari kita atasi duluan,
    yg kemungkinan menghambat mari kita atasi setelahnya


    Agar bisa mengatasi hambatan dan halangan, ada sebuah tips yg mudah.
    Apapun yang Anda miliki, usahakan untuk mengalokasikan dana perawatan dan dana rehabilitasinya. Misalnya, u kesehatan.. u kendaraan.. u tempat tinggal... u komputer.. u telepon.. dsb.

    Dan ada 2 cara untuk mengalokasikan dana tersebut. Pertama, dengan cara menanggungnya sendiri. Seluruh dana itu kita sisihkan dan kita tabung. Yang kedua dengan cara mengalihkannya ke pihak lain.

    Misalnya beli barang baru cari garansi yg panjang...
    beli asuransi u kendaraan.. asuransi u rumah... asuransi jiwa dan kesehatan.. dsb

    Dengan cara ini mudah bagi kita untuk mengatur keuangan, terutama pengeluaran. Apakah pengeluarannya itu untuk perawatan? Untuk mengantisipasi gangguan atau hambatan? Mempercepat mencapai tempat tujuan? Ataukah tidak ada fungsinya sama sekali?



    posted in: Prie Tea Go Blog