24 Maret 2007

Time is money

Pernahkah kita berpikir, mengapa ada istilah ‘time is money’? Bukankah waktu adalah waktu dan uang adalah uang? Bukankah uang dan waktu adalah 2 hal yang berbeda? Mengapa dibilang time is money?

Ada teman-teman saya yang berpendapat bahwa istilah itu terjadi karena orang-orang bisnis sangat mementingkan ketepatan waktu dalam membuat janji, karena terlewat 1 janji berarti kehilangan proyek, dan proyek sama dengan uang. Jadi, time is money.

Ada lagi yang berpendapat bahwa istilah itu terjadi karena banyak profesional yang bekerja berdasarkan komisi perjam (man hour), sehingga semakin banyak waktu terpakai semakin banyak uang yang harus dibayarkan. Jadi, time is money.

Ada lagi orang-orang sering pakai taksi, mereka merasakan dengan jelas istilah ini karena semakin lama menggunakan taksi semakin mahal bayar argonya. Jadi, time is money juga ya.

Tetapi kalau saya pendapatnya lain lagi. Pernah sy berpikir, bahwa uang di sini belom tentu berarti dollar, rupiah, euro, ringgit dsb. Semua itu hanyalah beberapa nama dari uang. Uang sendiri sesungguhnya adalah alat penukar yang sah. Alat penukar apa? Alat penukar sumber daya (resources).

Sebelum ada uang, orang menggunakan sistem barter. Sistem barter ini banyak kesulitannya. Misalkan ada orang punya beras dan perlu ikan, dia akan menawakan berasnya untuk ditukar dengan ikan kepada nelayan. Tetapi belum tentu nelayan ini memerlukan beras, selain itu berapa beras yang layak dipertukarkan untuk 1 ikan tongkol? 1 kilogram kah? 2 cangkir beras kah? Atau berapa? Sulit ya.

Untuk itu diperlukan suatu alat tukar standar, misalkan emas. Kenapa emas? Karena emas merupakan salah satu barang yang dianggap berharga sehingga hampir semua orang menginginkannya, dan selain itu emas tahan lama, tidak mudah rusak. Dengan adanya penukar standar, kita tinggal menghargakan barang yang kita miliki dengan emas. Kalau angkanya cocok, transaksi bisa berjalan.

Tetapi makin lama emas sebagai alat penukar terasa merepotkan. Masa mo beli rumah harus bawa emas 10 kilo? Itu harus bayar orang untuk ngangkutnya dong, 10 kilo kan beeeraaat. Akhirnya, emasnya disimpan di suatu badan pengelola, dan dikeluarkan sertifikat kepemilikan emas. Seperti cek lah. Kalau ga salah, Kekaisaran Cina adalah salah satu negara yg sudah menggunakan cara ini sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Selembar giro bisa bernilai 1000 tael emas.

Akhirnya, untuk membuat sertifikat ini berlaku di tempat yang lebih luas, maka dikeluarkanlah sebentuk sertifikat lagi oleh lembaga yang lebih besar, yaitu pemerintah negara. Emas ini diganti dengan logam atau kertas yang bernilai sejumlah emas, dan jumlah emas ini dijamin oleh pemerintah. Biasanya logam ini lebih murah dari emas. Sehingga dikenallah yg namanya dolar, poundsterling, franc, mark, peso, rupiah, dsb.

Contoh penggunaan uang di atas untuk mengukur nilai barang, tetapi sesungguhnya uang sering juga digunakan untuk menukar sumber daya yang lain, misalnya tenaga, pemikiran, keahlian, dsb. Tenaga kasar mungkin lebih kecil nilainya daripada tenaga + keahlian. Contohnya untuk waktu kerja yg sama, tenaga memotong rumput pasti berbeda harganya dengan tenaga mengecat rumah. Dan harganya pasti akan lebih tinggi lagi kalau yang ditukar bukan hanya tenaga dan keahlian, melainkan juga pemikiran.

Kalau boleh kita urutkan lagi, barang-barang yang dianggap sebagai sumber daya itu, sesungguhnya bisa didapat asalkan orang memiliki tenaga, waktu, keahlian, dan pemikiran. Misalkan beras, asalkan punya waktu 4 bulan, mau meluangkan tenaga, punya keahlian untuk menanam dan merawat, memilik strategi penanaman yang tepat, pasti setiap orang dapat memiliki beras. Tetapi yang jadi masalah, tidak semua orang memiliki semuanya itu. Dan kalau dipikir-pikir, daripada menanam dan merawat sendiri selama 4 bulan, sy lebih memilih beli beras 5000 sekilo di pasar.

Kalau mau lebih ke hulu lagi, sesungguhnya pemikiran dan keahlian bisa kita dapatkan asalkan mau meluangkan waktu dan tenaga untuk menguasainya. Berarti sumber daya sesungguhnya yg kita miliki adalah waktu dan tenaga. Dari pemanfaatkan waktu dan tenaga itulah kita memiliki sumber daya – sumber daya lainnya.

Berarti pada awalnya manusia hanya dibekali 2 modal, yaitu diri sendiri dan waktu. Waktu setiap orang pasti sama, 24 jam sehari, tidak lebih tidak kurang. Sedangkan diri sendiri selalu berubah setiap waktu. Seperti contohnya tenaga, ada yg menguat ada yg melemah, kecerdasan pun ada yg meningkat ada yg menurun. Tergantung bagaimana kita memperlakukan tubuh kita selama waktu berjalan, apakah dilatih atau dibiarkan, dimanfaatkan atau disia-siakan.

Sesungguhnya kalau kita perhatikan apapun yang berhasil dicapai seseorang adalah hasil dari penggunaan waktunya, Yang penggunaan waktunya bijak akan mendapatkan hasil lebih banyak daripada yang sembrono. Sehingga dapat dikatakan waktu adalah sumber daya yang dipertukarkan untuk suatu capaian atau hasil.

Orang bijak mengatakan bahwa segala sesuatu ada harganya, dan apapun yang kita inginkan di dunia ini harus dibayar oleh mata uang yang bernama waktu. Oleh karena itu bukan ’time is money’ tetapi ’time is the money’.

1 komentar:

  1. Eh..., gitu ya??? *sambil terpaku pada kalimat time is the money*

    BalasHapus